Berpuasabukan sekedar menahan lapar dan dahaga. MAGELANGEKSPRES.COM - Pada pertemuan yang ini, pesan indahnya adalah "Berpuasalah dari Hal yang Diharamkan oleh Allah". Maka orang yang berpuasa, bukan hanya sekedar menahan yang mubah (makan, minum, bersetubuh) tetapi juga menahan lisan dari berkata-kata yang keji dan kotor. PuasaRamadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, namun juga menahan diri dari perbuatan buruk. TIAP kali memasuki Ramadhan kita merasakan "naluri beragama" (gharizatu at-tadayyun) kita meningkat, terasa kuat, seiring gambaran suasana Islami yang akan mengitari kita selama sebulan penuh. RasulullahSAW berkata, "Siapa yang puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka dosanya diampuni" (HR: Bukhari). Puasa juga dapat difungsikan sebagai latihan mengendalikan syahwat, sebab syahwat sangat mudah dikendalikan dalam kondisi lapar. Pada saat lapar, pikiran manusia hanya tertuju pada makan dan minum. TakSekadar Nahan Lapar, Ini Makna Puasa Ramadan Sesungguhnya. Info Jateng Semarangan. Reporter Anggara Jiwandhana Pada 2 Apr 2022, 09:00. Bagikan. Ketua MUI Jawa Tengah KH Ahmad Daroji. MENJALANKAN ibadah puasa di bulan suci Ramadan bukanlah tentang menahan makan, minum, ataupun berhubungan biologis saja. Puasaorang saleh sudah paham bahwa puasa tidak sebatas menahan dari lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan maksiat dan dosa. Beberapa kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa, karena percuma berpuasa jika masih terus melaksankaan maksiat. Tingkatan puasa paling khusus yaitu hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu. FalsafahHuruf "Shod" Dalam Kata الصوم (PUASA). Oleh: moh nasirul haq A'wan syuriah pcinu yaman. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, menambahkan, shaum bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. "Yang paling penting adalah mengendalikan diri dari hal-hal yang dilarang," 5a3Dqq. Di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini, tentunya kita sebagai muslim yang ingin mendapatkan banyak pahala dan barakah dari sucinya bulan ini, selalu berusaha memperbanyak ibadah dan menjauhi segala larangan yang telah ditetapkan oleh Allah dan juga Rasulnya. Secara bahasa, kita mengetahui bahwa puasa itu sendiri berarti menahan. Secara istilah, diartikan sebagai salah satu ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, dengan menahan makan, minum, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan hawa nafsu, dari mulai terbitnya fajar sadiq hingga terbenamnya matahari di ufuk barat. Namun yang sering menjadi pertanyaan di segelintir orang, bahwa apa esensi dari menahan tersebut? Apakah kita hanya mendapatkan badan yang sehat dan berat timbangan yang turun saja? Bahkan ada juga yang ketika berbuka puasa, malah muncul nafsunya yang menggebu-gebu dalam menghabiskan makanan berbuka. Apakah yang seperti itu esensi puasa yang sebenarnya? Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca 1. Bersyukur Mengetahui Nikmat Tersembunyi Diwaktu kecil, biasanya orang tua selalu menasehati tentang pentingnya berpuasa. Mereka seringkali mengingatkan bahwa kita berpuasa untuk mengingat bahwa banyak dari saudara-saudara muslim kita diluar sana, selalu merasakan kelaparan karena kurangnya harta yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, kita diperintahkan oleh Allah untuk berpuasa agar bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Yaitu rasa lapar dan haus, dimana dengan adanya perasaan ini kita menjadi lebih peka terhadap keadaan saudara kita sekitar ketika merasakan hal yang sama. Dan juga dengan berpuasa kita bisa ingat terhadap nikmat tersembunyi yang sering dilupakan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Izzuddin, seorang ulama besar madzhab Syafi’i abad 7 H, bahwa puasa bisa mengembalikan ingatan itu sehingga bisa membuat orang puasa mensyukurinya. Beliau mengatakan اذا صام عرف نعمة الله عليه في الشبع والري فشكرها لذلك فان النعم لايعرف مقدارها الا بفقدها “Ketika berpuasa, seseorang menjadi tahu nikmat Allah swt kepadanya berupa kenyang dan terpenuhinya rasa haus, sehingga mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak akan diketahui nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu”. Syaikh Izzuddin bin Abdissalam, Maqasidul Ibadat, hlm. 41 2. Introspeksi Diri Ibadah puasa di bulan Ramadan dapat mengajarkan umat muslim untuk introspeksi diri, tenggang rasa juga menahan amarah dan emosi. Bahkan, menurut Toni Ervianto, alumnus pascasarjana Kajian Strategik Intelijen, Universitas Indonesia, ibadah puasa merupakan perpaduan alat ukur yang sempurna untuk mengetahui seberapa besar "intellectual quotion, emotional quotion dan spiritual quotion" manusia dalam menghadapi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang plural dengan dinamika perkembangannya yang bergerak cepat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah perisai. Maka orang yang melaksanakannya janganlah berbuat kotor/aniaya dan jangan pula bertengkar.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dan jangan berbuat sesuatu yang bodoh.” “Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang berpuasa dengan mengulang ucapannya dua kali.” HR. Al-Bukhari No. 1894; HR. Muslim No. 1151 Dari hadist di atas kita mendapatkan info, bahwa puasa itu juga bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Namun menahan dari segala perbuatan keji dan mungkar. Seperti berkata kasar, berbuat aniaya, bahkan bertengkar sesama pun dilarang. Dari dua hal yang telah kami sebutkan, masih banyak lagi esensi lain yang bisa kita dapatkan dari berpuasa itu sendiri. Karena value yang ada dalam puasa sendiri sangatlah besar. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Hadist Qudsi; عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ Artinya Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda “Allah SWT berfirman Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Imam Abu al-Khair al-Thaliqany menjelaskan, setidaknya terdapat 55 pendapat yang menerangkan makna kalimat [ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ] dan berikut di antara beberapa keterangan tersebut 1 Bahwa semua ibadah dapat dilihat oleh manusia kecuali puasa, sesungguhnya puasa merupakan rahasia antara Allah dan hamba-Nya di mana hanya Allah yang dapat melihatnya. 2 puasa itu dijaga oleh Allah sehingga setan pun merasa enggan untuk merusak ibadah puasa seseorang. 3 Bahwa semua amal ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba kepada Allah juga dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap berhala-berhala mereka kecuali puasa. 4 Bahwa puasa merupakan ibadah yang memiliki kesamaan hukum antara orang merdeka dengan budak hamba sahaya. 5 Bahwa puasa merupakan ibadah yang menggambarkan tabiat dan sifat para malaikat dimana para malaikat tidak makan dan minum. Akhir kata, semoga kita bisa menjalankan bulan Ramadhan dengan penuh ibadah dan hal-hal yang bisa mengangkat derajat kita semua di hadapan Allah. Dan kita juga bisa menahan dari segala sesuatu yang dilarang-Nya, Amiin. Rangga/Yaya esensipuasa fungsipuasa hikmahpuasa Selama bulan Ramadan umat muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Lalu, bagaimana caranya menahan lapar saat puasa hingga magrib tiba? Terkadang rasa lapar suka menyerang ketika memasuki tengah hari atau bahkan di pagi hari. Lantas bagaimana caranya agar dapat menahan lapar saat puasa? Tenang saja, berikut Glints akan memberikan tips-tipsnya. 1. Pilih menu sahur yang tepat Tips pertama agar kamu kuat menahan lapar ketika berpuasa adalah dengan memilih menu sahur yang tepat. Pasalnya, kondisi perutmu saat berpuasa seharian ditentukan oleh asupan makananmu ketika sahur. Pastikan untuk memilih menu sahur yang tepat supaya perut tidak terlalu cepat lapar saat berpuasa. Salah satu menu yang direkomendasikan saat sahur adalah menu karbohidrat kompleks. Sebagai contoh, kamu bisa memilih menu sahur seperti roti gandum, oatmeal, beras merah, dan sebagainya. Sebisa mungkin hindari menu sahur seperti mi instan dan bubur ayam karena makanan tersebut hanya memberikan rasa kenyang sementara. 2. Minum air putih secukupnya Cara lain agar tetap menahan lapar saat puasa adalah dengan mencukupi kebutuhan cairan saat sahur. Hal ini penting untuk diperhatikan karena selain menahan lapar, mencukupi kebutuhan cairan juga menjauhkan diri dari dehidrasi saat puasa. Dilansir dari Dummies, metode paling sederhana untuk mengatasi rasa lapar adalah dengan mengonsumsi cairan secukupnya, terutama air putih. Usahakan minum air putih secukupnya sesuai kebutuhan cairan dalam dirimu ketika sahur. Sering kali, rasa lapar memang didasari oleh rasa haus. Dengan begitu, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meminum air putih. 3. Tetap produktif Walaupun menjalani ibadah puasa, jangan sampai kamu bermalas-malasan saja, terlebih bagi kamu yang sedang bekerja di bulan puasa. Tetap jaga produktivitas kerja saat di bulan Ramadan. Sebab, dengan melakukan hal yang produktif, kamu dapat mengalihkan perhatianmu dari rasa lapar saat berpuasa. Meskipun demikian, jangan sampai kamu melakukan aktivitas secara berlebihan. Bila badan mulai merasa lemas, jangan sungkan ambil waktu untuk rehat sejenak. 4. Tidur yang cukup Selama bulan puasa jangan lupa untuk mengatur pola tidur yang baik. Jangan sampai terlalu banyak atau justru kurang tidur. Sebisa mungkin pada malam hari jangan sampai begadang. Sebab, kamu harus bangun pagi untuk melaksanakan sahur. Di siang harinya kamu bisa mengambil tidur siang sebentar setelah salat zuhur. Jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan rasa pusing. Dilansir dari Productive Muslim, menjaga kualitas tidur saat berpuasa merupakan hal yang penting agar tetap kuat menjalani puasa. 5. Melakukan meditasi Hal berikutnya yang dapat kamu lakukan guna menahan lapar saat puasa adalah melakukan meditasi. Pada dasarnya, meditasi memang tidak mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, inisiatif ini sangatlah efektif untuk menghilangkan lapar saat berpuasa. Pasalnya, ketika sedang bermeditasi, pikiran menjadi bisa lebih jernih dan tenang. Hasilnya, kamu takkan terlalu memikirkan rasa lapar tersebut. Selain itu, meditasi juga dapat menjadi cara untuk mengelola stres. Stres sendiri merupakan salah satu pemicu kita untuk makan lebih banyak. 6. Lakukan hobi dan hal-hal yang diminati Melakukan hobi dan hal-hal yang diminati dapat menjadi cara untuk menahan lapar saat puasa. Hal ini sejatinya dapat berbeda bagi setiap orang, seperti membaca buku, mendengarkan musik, hingga berolahraga. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa melakukan hobi dapat membuatmu lupa pada lapar dan haus yang dirasakan. Tak hanya itu, melakukan hobi juga dapat membuat badan dan psikismu di bulan Ramadan menjadi lebih bugar. 7. Luruskan kembali niat berpuasa Cara lain agar dapat menahan lapar saat puasa adalah dengan meluruskan kembali niatmu untuk berpuasa. Dengan mengingat niat awal berpuasa, kamu dapat menjalani puasa dengan lebih ikhlas sehingga tetap kuat menjalani puasa. 8. Kurangi aktivitas fisik Tips selanjutnya adalah mengurangi aktivitas fisik sebisa mungkin. Misal, jika sebelumnya kamu selalu jalan kaki saat ke kantor, mungkin sesekali bisa naik ojek online agar dapat menghemat energi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan, tentu akan semakin menguras energi yang terbatas saat puasa. 9. Hindari cuaca panas Cuaca yang panas lebih cepat membuatmu dehidrasi. Jika sudah dehidrasi, tubuh tentunya akan lebih lemas dan cepat haus. Usahakanlah untuk berkegiatan di dalam ruangan dan pergi ke luar ruangan seperlunya saja. Selain itu, kamu juga bisa mencari ruangan yang lebih sejuk agar bisa berkegiatan dengan lebih nyaman. 10. Jangan berbaring seharian Betul, kamu memang perlu mengurangi aktivitas fisik yang terlalu berat saat puasa. Namun, bukan berarti bahwa berbaring seharian akan lebih baik untuk tubuh yang berpuasa, karena justru hal ini dapat mengurangi level energimu. Jadi, tetap lakukan beberapa aktivitas ringan yang dapat menjaga level energi tubuh, ya, seperti beres-beres kamar, ikut les online, dan lain sebagainya. Itu dia penjelasan singkat Glints mengenai beberapa cara yang bisa kamu ikuti guna menahan lapar saat bulan puasa. Rasa lapar pada hakikatnya dapat kamu tahan dengan berbagai macam cara, baik itu dengan berolahraga atau sekadar melakukan hobi. Yang pasti, ingatlah untuk tetap produktif di bulan suci ini. Sebab, menjaga produktivitas tak hanya membuatmu lupa akan rasa lapar, tetapi, juga bisa membuatmu lebih sehat secara fisik maupun psikis. Nah, selain pemaparan di atas, Glints punya tips-tips lain seputar puasa bulan Ramadan hanya untukmu. Semua tipsnya tersedia secara gratis, lho. Tinggal klik tombol di bawah ini dan pilih artikel yang sesuai dengan kebutuhanmu. Jangan sampai ketinggalan, ya! BACA ARTIKELNYA 8 Cara Menahan Lapar saat Puasa selama Bulan Ramadan 9 Ways to Stave Off Hunger When Fasting 7 Tips to Tackle Hunger and Fatigue in Ramadan Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, namun juga menahan diri dari perbuatan buruk. TIAP kali memasuki Ramadhan kita merasakan “naluri beragama” gharizatu at-tadayyun kita meningkat, terasa kuat, seiring gambaran suasana Islami yang akan mengitari kita selama sebulan penuh. Setiap Muslim sangat menantikan datangnya Ramadhan, meski hampir selalu saja terjadi kontroversi atau perbedaan pendapat soal kepastian awal Ramadhan. Dipastikan, melihat suasana Ramadhan sebelumnya, suasana Islami akan terjadi di sekitar kita. Masjid-masjid dipenuhi jamaah taraweh, pengajian, dan acara-acara keislaman lainnya. Sungguh, keislaman kaum Muslim terasa dan terlihat pada bulan Ramadhan. Kewajiban kita sebagai kaum Muslim sebenarnya cuma satu selama Ramadhan, yakni berpuasa –menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan suami-istri— sejak imsak atau jelang terbit fajar masuk waktu shalat Subuh hingga terbenam matahari masuk waktu shalat Magrib. Namun, mengingat Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan Allah SWT, pahala ibadah dilipatgandakan, dan Allah SWT menjanjikan “siapa berpuasa penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosanya yang telah lalu dan menemukan dirinya kembali suci pada akhir Ramadhan”, maka kita merasa tidak cukup, merasa tidak puas, dengan hanya “sekadar” berpuasa pada bulan Ramadhan itu. Kita ingin melakukan ibadah ekstra, seperti ibadah “khas” Ramadhan lainnya yang sifatnya sunah –tarawih—plus tadarus atau membaca Al-Quran, belajar atau mendalami Islam, mengikuti ceramah tarawih, ceramah Subuh, bersedekah, dan sebagainya. Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, yaitu malam tanggal-tanggal ganjil 21, 23, 25, 27, 29, kita “berburu” menemukan satu malam “khoirun min alfi syahrin”, lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qodar Malam Penentuan. Ibadah pada malam lailatul qodar bernilai seribu bulan ibadah! Rasulullah Saw pun mengajarkan dan memberi teladan i’tikaf, berdiam diri di masjid untuk khusyu’ beribadah kepada Allah, demi menemukan Lailatul Qodar. "Carilah Lailatul Qodar pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan" HR. Bukhari. Keistimewan Bulan Ramadhan Ramadhan memang bulan istimewa. Ramadhan juga bulan kemenangan umat Islam. Sejarah Islam menunjukkan, mayoritas kemenangan umat Islam dalam sejumlah peperangan dan medan dakwah, terjadi pada bulan Ramadhan –mulai dari Perang Badar hingga Perang Oktober Arab-Israel 1973. Faktor utamanya, karena Allah SWT “turun tangan” menolong kaum Muslimin untuk mengatasi berbagai rintangan dakwah dan jihad, disebabkan kedekatan kaum Muslimin dengan-Nya selama Ramadhan. Keistimewan bulan Ramadhan, jika kita rinci, antara lain 1. Bulan Diturunkan Al-Quran. "Bulan Ramadhan, bulan diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia dan membawa keterangan yang menjelaskan petunjuk dan perbedaan antara yang benar dengan yang salah" QS. Al-Baqarah 185. 2. Pintu Syurga Terbuka Luas. "Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu syurga akan dibuka" HR. Bukhari. 3. Pintu Rahmat Terbuka Luas. "Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu rahmat" HR. Muslim. 4. Pintu Langit Terbuka Luas. Amal ibadah, utamanya puasa, langsung sampai kepada Allah SWT. "Bila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka" HR. Bukhari. 5. Pintu-Pintu Neraka Tertutup Rapat. "Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka jahanam ditutup" HR. Bukhari. 6. Setan dan Jin Dirantai. "Bila tiba malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu juga jin yang derhaka" HR. Tirmizi. Maka, jika ada manusia yang tetap saja melakukan maksiat atau kejahatan pada bulan Ramadhan, semata-mata karena akhlak atau perangainya yang busuk dan menjadi budak nafsu. Puasa Bukan Sekadar Menahan Lapar Dahaga Satu hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu soal pembatal puasa. Secara fiqih, puasa batal karena makan, minum, berhubungan badan, muncul niat berbuka, dan muntah yang disengaja. Namun, puasa juga bisa batal pahalanya jika kita tidak menahan diri dari perbuatan buruk, seperti bergunjing, menyakiti orang, berkata dusata, keji, dan cabul, dan sebagainya. “Puasa bukanlah sekadar menahan dari makan dan minum” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menerangkan “Seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang mencacat puasanya, bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat. “ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya. HR. Bukhari. ”Bisa jadi seorang yang berpuasa, bagiannya dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga” HR Ibnu Hibban. “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, hanyalah puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu ucapan sia-sia dan rafats ucapan kotor, maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. “Janganlah kamu saling mancaci bertengkar mulut sementara kamu sedang berpuasa. Maka bila seseorang mencacimu katakana saja Sesungguhnya saya sedang berpuasa’, dan kalau kamu sedang berdiri maka duduklah.” HR. Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, Imam Ahmad. Semoga puasa Ramadhan kita tidak sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga berpuasa dari segala keburukan sehingga terbiasa beramal baik setelah Ramadhan. Amin! Wallahu a’lam bish-shawabi. Makanan 1 by Ist PUASA bukan hanya soal menahan lapar saja. Tapi juga menahan atau mengendalikan segala emosi dan hawa nafsu. Juga ada tindakan nyata untuk berbuat baik pada sesama. “Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Bukan. Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri. Yes 584,6-7. Sikap apa yang hendak aku ubah atau kendalikan selama puasa? Tindakan baik apa yang akan aku lakukan hari ini dan esok? Memasuki bulan Ramadan, adalah sesuatu yang bermakna dan berharga bagi seluruh umat Islam. Baik yang berada di utara ataupun di selatan, sebelah timur mahupun di sebelah barat, seluruh umat Islam pasti akan melahirkan rasa gembira, syukur dan seronok dengan kedatangan bulan yang penuh kemuliaan ini. Satu sudut yang lain, barangkali ada juga sebahagian besar sahabat handai, rakan taulan ataupun jiran tetangga yang bukan beragama Islam pasti tertanya-tanya dan kehairanan melihat keghairahan orang Islam menyambut puasa walhal ibadah puasa, dilarang sama sekali daripada perbuatan makan dan minum di siang hari. Mungkin juga timbul persoalan apakah Tuhan itu kejam sehingga perlu menyekat orang Islam daripada makan dan minum. Terlebih dahulu kita harus ketahui bahawa ibadah puasa bukanlah perkara baharu dalam kehidupan. Sama ada orang itu Islam ataupun tidak, ia bukanlah ibadah baru dalam kehidupan beragama. Sebelum ini, mereka yang mendahului kita juga pernah berpuasa menahan lapar dan dahaga. Bahkan dalam beberapa ajaran agama lain seperti Hindu, Buddha, Kristian, terkandung dalamnya perintah berpuasa. Hal ini seperti yang disebut oleh Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 183 yang bermaksud “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” Berdasarkan ayat ini, jelas menceritakan kepada kita bahawa ibadah puasa bukanlah suatu yang baharu bahkan telah menjadi amalan dan ibadah orang dahulu lagi. Maka, tidak hairanlah jika selain Islam, terdapat juga agama-agama lain yang mensyariatkan puasa mengikut aturan agama masing-masing. Apabila ditanya, apakah yang membuatkan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga di siang hari, sedangkan makan dan minum itu satu keperluan untuk hidup? Jawapan pertamanya adalah kerana keimanan dan ketakwaan yang menjadikan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga. Bagi orang Islam, ibadah puasa bukanlah kerana semata-mata untuk menahan diri daripada makan dan minum di siang hari, sebaliknya ia lambang ketaatan orang Islam mematuhi arahan Tuhan yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Untuk itu, apa sahaja titah perintah Allah Azzawajalla, orang Islam taat dan patuh akannya kerana keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan yang Maha Pencipta. Sekiranya berpuasa hanya sekadar menahan makan dan minum, semua orang boleh melakukannya, tetapi bezanya, keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah SWT. Maka apa sahaja tawaran dan ganjaran pahala yang telah dijanjikan oleh Allah pada bulan Ramadan, orang Islam akan menuruti jalan tersebut dengan berpuasa bersungguh-sungguh dan penuh beriman. Sepertimana yang disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Sesiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala ihtisaba, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Menurut Imam al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, maksud keimanan di situ ialah keyakinan dirinya akan soal syariat kewajiban berpuasa padanya dan ihtisaba’ bermaksud meminta pahala daripada Allah Azzawajalla. Sementara itu, Imam Khattabi pula berpandangan ihtisab’ itu adalah azimah, iaitu dia berpuasa dengan berharap pahalanya dengan memperhatikan kebaikan bagi dirinya tanpa memberatkan pada puasanya dan tidak pula memanjangkan hari-harinya. Pada bulan Ramadan, tidaklah sekadar untuk orang Islam menahan lapar dan dahaga di siang hari semata-mata, sebaliknya Ramadan dimuliakan oleh Allah SWT kerana pada bulan inilah diturunkan al-Quran yang berisi panduan kehidupan untuk seluruh makhluk yang bergelar insan. Hal ini seperti firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 185 yang bermaksud “Bulan Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbezaan antara yang benar dan yang salah…” Ramadan juga adalah bulan untuk melatih manusia menjadi hamba yang lebih bertakwa kepada-Nya dengan memperbanyakkan amalan soleh menurut panduan wahyu al-Quran dan Sunnah serta mengikhlaskan diri kerana Allah. Barangkali di luar bulan Ramadan, sering kali kita bercakap dusta, berbicara hal-hal yang tidak elok, maka Ramadan menjadi pusat melatih diri manusia meninggalkan perkara yang sia-sia. Sabda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari yang bermaksud “Sesiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dusta serta mengamalkannya, maka Allah tidak berhajat orang itu meninggalkan makan dan minumnya puasa.” Dalam hadis yang lain, daripada Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda yang bermaksud “Puasa bukanlah hanya menahan diri daripada makan dan minum sahaja, akan tetapi puasa adalah dengan menahan diri daripada perkataan yang melalaikan dan lucah.” Al-Targhib wa al-Tarhib Demikianlah beberapa tujuan sebenar pensyariatan ibadah puasa pada bulan Ramadan yang mungkin dianggap sekadar menahan makan dan minum sahaja. Sebaliknya lebih besar dan lebih utama daripada itu ialah nilai keimanan dan ketakwaan, kepatuhan dan ketaatan diri sebagai hamba-Nya yang telah menciptakan kita. Akhirnya, destinasi ibadah puasa pada bulan Ramadan ini ialah menuju ke arah menjadi hamba-Nya yang lebih bertakwa, tidak sekadar berlapar dan dahaga. Sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Boleh jadi orang yang berpuasa itu tidak mendapat apa-apa daripada puasanya melainkan lapar dan boleh jadi orang yang berqiam itu tidak dapat apa-apa daripada qiamnya melainkan hanya berjaga malam.” Oleh itu, bulan Ramadan bukan semata-mata bulan umat Islam menahan lapar dan dahaga, bahkan sebaliknya menjadi medan bertempur melatih diri menjadi hamba Allah yang lebih bertakwa kepada-Nya. Semoga Allah mengampuni kita semua. Muhammad Faidhi Azis Pegawai Masjid dan Guru Takmir JAIPs

puasa bukan sekedar menahan lapar